Jumat, 25 April 2014

STATISTIKA LANJUT

PSIKOLOGI PROYEKTIF

Rabu, 16 April 2014

STRES

    A.   Arti Penting Stres

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
·         Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
·         Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·         Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.


   B.   Tipe-tipe Stres Psikologis
·    -     Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.

·    -     Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah.



Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
      1.      Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.

       2.      Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.

       3.      Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
a.       Aproach-aproach conflict (konflik mendekat-mendekat), adalah konflik yang muncul ketika kita dihadapkan pada dua tujuan yang sama-sama memiliki nilai positif, dan dalam hal ini kita dapat memilih salah satu dari beberapa pilihan yang kita suka tanpa adanya beban. Contohnya, memilih makan atau tidur diwaktu sedang lapar dan ngantuk sekaligus. Konflik jenis ini sebenarnya mudah diatasi, karena hanya menimbulkan emosi yang rendah.

b.      Avoidance-avoidance conflict( konflik mejauh-menjauh), adalah konflik yang muncul dengan melibatkan 2 hal negatif pada saat yang bersamaan. Contohnya, ada seorang karyawan yang diberi pilihan oleh atasannya untuk melakukan pekerjaan yang tidak disukainya atau ia akan kehilangan pendapatan karena berhenti bekerja (keduanya adalah hal negatif), jika salah satu dipilih maka menimbulkan ketidaksenangan pada hal lain, yang akhirnya menimbulkan konflik.

c.    Approach-avoidance conflict( konflik mendekat-menjauh), adalah konflik yang terjadi dengan melibatkan unsur positif dan negatif secara sekaligus. Contohnya, seorang karyawan  yang ingin segera pulang ke rumah untuk beristirahat pada jam pulang kerja, tetapi disaat yang bersamaan jalanan yang menuju rumah terjadi kemacetan. Sampai dirumah da segera istirahat adalah hal yang menyenangkan, tetapi harus berjejal di atas kendaraan dalam kemacetan lalulintas adalah sesuatu yang menjengkelkan.

             4.      Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/ kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.




    C.   Symtom Reducing Respon Terhadap Stres
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress: 

      1.      Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
       2.      Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
       3.      Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

         4.      Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

         5.      Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya


    D.  Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut.
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain sebagainya.
Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedback adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
·         Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
·         Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
·         Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
·         Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
Hubungan Interpersonal
A.         Model-Model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

      A.    Teori Mengenai Hubungan Interpersonal.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu :
1.      Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu interaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut :
“asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap imdividu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segala ganjaran dan biaya”
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
2.      Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai peranannya.
3.      Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural. Integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

B.       Pembentuk Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) memberikan analisisnya mengenai apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat dengan orang lain disekitarnya. Tidak adanyanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain akan membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. 

Seorang ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron juga menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression). Penyebab ketertarikan ini awalnya dimulai dari rasa suka hingga rasa cinta yang berkembang menuju hubungan yang lebih erat, hal ini meliputi :
·         aspek kedekatan: proximity dan propinquity effect (semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan seseorang, maka semakin besar kemungkinan kita akan bersahabat dengan orang tersebut) 

·         adanya kesamaan : semakin kita mengenal seseorang tentu saja kita akan banyak mengetahui tentang orang tersebut. peneliti membagi hal ini dalam dua situasi sosial, closed field situation(situasi yang mendorong seseorang untuk melakukan interkasi, contoh dalam perkantoran) dan open field situation (keadaan dimana seseorang bebas menentukan ingin berinteraksi atau tidak). dalam hubungan percintaan, biasanya akan ditemukan banyak bentuk kesamaan seperti dalam hal kesamaan opini , dan kepribadian, minat maupun pengalaman.


·         Kesukaan timbal balik

Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa.


·         Ketertarikan akan fisik dan rasa suka.

Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting. Hasil penelitian meta-analisis (penelitian yang menganalisis lebih lanjut berbagai hasil penelitian yang topiknya sama) yang dilakukan oleh Feingold, 1990) menunjukkan bahwa bila yang diukur sikapnya, dibanding pada perempuan pada umumnya laki-laki menilai penampilan fisik leih penting; bagaimanapun juga bila yang diukur adalah perilaku aktual, antara laki-laki dan perempuan memberikan respon yang sama terhadap daya tarik fisik pihak lain.



C.       Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :

a.  Shadily dan Echols (1990) : intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.

b. Sullivan (Prager, 1995) : intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.

c. Steinberg (1993) : berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.

d. Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) : intimasi merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.

e.  Atwater (1983) : intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Bentuk-bentuk intimasi dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti hubungan persaudaraan, persahabatan hingga percintaan. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut:
1.      Persaudaraan
Hubungan inti ini didasarkan pada hubungan darah. Hubungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti seperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu di dalamnya terkandung proximity dan keakraban.

2.      Persahabatan
Persahabatan biasanya dialami oleh dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.

3.      Percintaan
Persahabatan antara pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, ketika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.







Daftar Pustaka :
Siswanto. (2007). Kesehatan mental; konsep, cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Pengalaman Stres
Pengalaman stres yang sangat berkesan bagi saya waktu tahun 2012, pertengahan bulan April. ketika mama saya kondisinya semakin drop, mama saya memang ada penyakit diabetes,pada waktu itu gula darah mama saya tinggi sekali sampai harus seminggu sekali kontrol ke dokter . tengah malam setelah minum obat  keringet mama saya keluar banyak sampai harus ganti baju berkali-kali karena basah semua,  pikiran keluarga kami mungkin karena efek obatnya tapi sudah 2 hari berturut-turut mama saya begitu terus , keluar keringet banyak ditambah buang air besar terus, dan mama saya jadi tidak nafsu makan sampai berat badannya turun. Disitu saya khawatir sekali dengan kondisi mama setiap malam saya tidak bisa tidur nyeyak karena sedih melihat kondisi mama saya.
Pada keesokan harinya saya bersama ayah saya memutuskan untuk kedokter menanyakan kondisi mama saya dengan membawa hasil tes gula darah dan tensi , dengan terpaksa saya dan ayah saya meninggalkan mama saya dirumah sendirian karena kakak saya yang kedua sedang kerja dan tidak mungkin kalau di telpon suruh pulang karena kantornya juga jauh. Sedangkan kakak saya yang pertama kerja di Kalimantan. Diperjalanan menuju dokter perasaan saya tidak enak, gelisah, dan ternyata benar sekali sesampainya didokter, dokter bilang kalau mama saya segera harus di rujuk ke Rumah Sakit karena kekurangan cairan.  Setelah dengar itu hati saya seperti dipukul-pukul, sangat terpukul sekali mendengar mama saya harus masuk kerumah sakit, karena saya sering berpikiran kalau orang yang masuk rumah sakit pasti sakitnya udah parah banget. Setelah dapat surat rujukan keRumah Sakit yang dekat dengan rumah saya, saya dan ayah saya langsung menuju rumah sakit tempat mama saya yang akan dirawat untuk memesaan kamar terlebih dahulu. Sesudah memesan kamar saya menghubungi kedua kakak saya untuk memberitahu kalau mama masuk rumah sakit. Kakak saya yang kedua langsung buru-buru pulang dan ketemuan langsung dirumah sakit , dan kakak saya yang pertama terdengar kaget dan sedih sekali mendengar mama masuk rumah sakit.
Sesudah itu saya dan ayah saya pulang kerumah untuk menjemput mama saya, pas tiba dirumah saya melihat mama saya dan saya ingin sekali menangis tapi saya tahan supaya tidak membuat mama saya cemas, dan saya bilang ke mama saya kalau mama harus dirawat dirumah sakit.  Lalu saya langsung merapikan keperluan-keperluan mama saya yang untuk dibawa selama dirumah sakit. Disitu mama saya menanyakan “emang mama sakit apa ko sampe dirawat dirumah sakit ?” , saya Cuma mengatakan “gak papa ko ma , biar istirahatnya mama lebih terkontrol aja”.
Setibanya dirumah sakit mama saya langsung dibawa oleh suster keruang UGD , saya disuruh tunggu diluar sambil menunggu kakak saya yang masih dalam perjalanan kerumah sakit. Ayah saya menemani mama saya di ruang UGD. Diruang tunggu perasaan saya cemas, panik  dan takut akan keadaan mama saya ,Beberapa saat kemudian tiba kakak saya dirumah sakit dia pun langsung panik menanyakan keadaan mama saya. Kemudian ayah saya keluar dan  saya gantian masuk untuk melihat kondisi mama saya, saya melihat mama saya tangannya lagi diambil darahnya untuk di tes laboratorium , lalu suster bilang ,” mamanya kekurangan cairan jadi susah darahnya untuk keluar, sampai beberapa kali tangan mama saya ditusuk jarum untuk mendapatkan darah yang diperlukan.” Disitu saya tidak tega sekali melihat mama saya , dan benar-benar sudah tidak kuat untuk menahan tangis , saya langsung keluar supaya tidak terlihat mama saya kalau saya nangis. Saya benar-benar merasa terpukul sekali dan benar-benar membuat saya stres melihat kondisi mama saya saat itu.

Cara mengatasi stres saya pada saat itu , saya terus-menerus berdoa untuk kesembuhan mama saya, menyuapi dan menemani mama saya selama dirumah sakit supaya mengetahui gimana perkembangan mama saya. Tak hanya itu saya dikuatkan oleh teman-teman saya , teman-teman saya menjenguk mama saya dan menghibur saya dengan mengajak bercanda. Dengan kedatangan teman-teman saya , saya cukup terhibur.


Contoh Kasus
Stres dan Patah Hati, Mahasiswa Gantung Diri
TEMPO.CO, Jakarta -Kasus bunuh diri karena putus cinta kembali terjadi. Kali ini dilakukan Adiguna Yuwono alias Guna, seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Guna ditemukan telah tewas tergantung di rumahnya yang beralamat di Prima Nota Blok S No.18 RT 004/08, Perum BCS, Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara.

"Korban ditemukan tadi pagi, Pukul 07.30, di kamarnya di lantai dua," ujar Kepala Unit Reserse dan Kriminal Polsek Kelapa Gading Ajun Komisaris Tasman, Senin, 19 November 2012.

Tasman mengatakan, korban ditemukan gantung diri saat ibunya, Rika, mengecek kenapa Guna tak kunjung turun untuk sarapan. Saat diintip dari lubang kunci, ternyata ia sudah gantung diri di teralis jendela.

"Korban gantung diri di teralis dengan tali tas warna hitam.”

Tasman menambahkan, hingga saat ini, dugaan penyebab bunuh diri adalah masalah asmara. Berdasarkan keterangan yang diterima dari pihak keluarga, sejak berpisah dengan pacarnya, korban kehilangan semangat dan menjadi pendiam.

Seorang yang mengenal Guna, tapi tidak mau disebutkan namanya, bahkan mengungkapkan kalau teman-teman Guna pernah datang menjenguk. "Anaknya sendiri juga lagi ada masalah lain seperti papanya yang sakit keras dan tekanan skripsi," ujarnya.


Pendapat :
Menurut pendapat saya seharusnya dia jangan berpikir yang pendek dulu , masih banyak temen-temennya dia yang bisa diajak sharing dan membantu masalahnya , jangan cuma gara-gara putus cinta dia berpikir pendek jadi bunuh diri gitu. siapa tau setelah dia putus dia bisa dapet yg lebih baik. Seperti kata pepatah “mati 1 tumbuh 1000”. Semua masalah pasti akan ada jalan keluar kalau kita mau berusaha, bersabar dan tetap berdoa. Semangat yang kita dapatkan bukan saja dari pacar, melainkan bisa dari orang tua atau teman-teman terdekat. kalau dia masih belum terima putus sama pacarnya dia bisa menyibukan diri supaya dia tidak memikirkan pacarnya itu dengan cara membantu ibunya untuk merawat bapaknya yang sedang sakit keras atau mecari-cari bahan untuk skripsinya supaya cepat selesai masa studinya dan bisa membahagiakan kedua orangtuanya.. Berpikir hal yang positif dan berdoa pasti ada jalan keluar yang terbaik bukan dengan cara bunuh diri itu, karena masih banyak cita-cita yang harus dia raih di masa depannya.

Daftar Pustaka :

;;

Template by:
Free Blog Templates

Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates