Jumat, 21 Maret 2014
KONSEP
DIRI
Saya adalah anak ke 3
dari 3 bersaudara. Nama saya Diella Putri Permatasari , saya itu orangnya mudah
tersinggung dan mudah marah , saya juga orangnya suka terharu dan gampang
nangis jika melihat sesuatu yang membuat sedih, saya memang agak jutek kalau bertemu
dengan orang-orang yang baru saya kenal , banyak sekali orang yang berbicara
kepada saya waktu awal-awal ketemu saya , saya orangnya jutek tapi sesudah
mengenal saya tidak seperti yang mereka kira lagi.
Saya
memang suka marah tapi saya bukan tipekal orang yang pendendam terhadap orang
lain, jika saya marah, marah pada hari itu aja selanjutnya akan baik lagi, saya
sangat takut sekali sama kucing dan ketinggian ,saya sangat menyukai wisata
kuliner apalagi makannya yang pedas. saya itu sangat suka mendengarkan orang
lain bercerita , saya juga bisa menyimpan baik-baik cerita itu agar tidak
diketahui orang lain.
Saya
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, beberapa kelebihan saya adalah
saya orang setia, tidak suka menunda pekerjaan, peduli terhadap orang lain,
suka membantu orang, pantang menyerah, selalu optimis, Sedangkan kekurangan saya adalah emosian dan
suka marah, cengeng, kurang percaya diri, pemalu, takut ketinggian dan
kegelapan,
CONTOH KASUS
TRIBUNNEWS.COM,
NGAWI - Tim penyidik Satuan Reskrim Polres Ngawi akhirnya mengamankan
seorang siswi kelas 7 salah satu SMP di wilayah Kabupaten Ngawi yang diduga
sebagai ibu kandung sekaligus pembuang bayi laki-laki yang diletakkan di salah
satu kebun di Desa/Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jumat (14/2/2014) malam.
Namun
hingga kini, pembuang bayi itu belum bisa dimintai keterangan lantaran masih
dirawat di RSUD dr Soeroto, Kabupaten Ngawi karena masih mengalami pendarahan
serius.
"Kami
amankan NV (15) warga Dusun Pucanganom, Desa Kendal sebagai pembuang bayi
malang itu hari ini, Sabtu (15/2)," terang Kasat Reskrim Polres Ngawi, AKP
Budi Santoso kepada Surya, Sabtu (15/2/2014).
Lebih
jauh, Budi mengungkapkan sebelumnya wanita tersebut merupakan saksi yang kali
pertama menemukan bayi yang dibuang di salah satu kebun di Desa/Kecamatan
Kendal, Jumat (14/2/2014) malam kemarin
.
Siswi
kelas 7 SMP ini diamankan karena petugas curiga saat dimintai keterangan
terkait penemuan bayi tersebut, selalu berbelit-belit dan tidak nyambung antara
keterangan satu dan lainnya selama pemeriksaan.
"Selain
itu petugas juga mencurigai terdapat bercak darah yang masih menempel di celana
yang masih dipakai wanita itu. Saat didesak, akhirnya gadis berumur 15 tahun
ini mengakui bayi tersebut adalah darah dagingnya yang baru dilahirkan sendiri
di rumahnya," imbuhnya.
Berdasarkan
keterangan petugas yang memeriksa pelaku, sebelum bayi ditemukan di kebun dan
terbungkus kain di dalam kantong plastik, pelaku sudah melahirkan bayi di rumahnya
tanpa ada seorang pun yang tahu atau membantu.
Hal
ini disebabkan karena pelaku takut diketahui orang tuanya jika dirinya hamil.
"Usai
melahirkan pelaku langsung nekat membuang bayi tersebut ke sebuah kebun yang
berjarak 200 meter dari rumah pelaku," paparnya.
Sementara
berdasarkan pengakuan pelaku, setelah bayinya dibuang ada warga yang merasa iba
dan mengambil anaknya agar diserahkan warga ke Bidan Desa. Namun karena
ulahnya itu, justru membuat anak pelaku meninggal usai mendapatkan perawatan selama
hampir 4 jam.
"Kasus
pembuangan bayi ini akan ditangani unit Perlidungan Perempuan dan Anak (PPA)
Polres Ngawi. Selain menyelidiki motif pembuangan bayi, pemeriksaan akan
mengarah ke pria yang diduga menghamili pelaku hingga hamil dan membuang bayi
hasil hubungan gelapnya itu," pungkasnya
PENDAPAT :
Menurut pendapat saya, siswi kelas 7 SMP di kabupaten Ngawi ini kurang
mendapat perhatian dan kasih sayang oleh kedua orang tuanya makannya dia
terjerumus kedalam pergaulan bebas, karena pada usia ini anak mulai mencari-cari
dan mencoba sesuatu yang baru dan belum tahu apa resiko yang akan terjadi kalau
melakukan sesuatu itu. Pada usia ini anak juga mudah terpengaruh oleh
lingkungan yang kurang baik, disini
peran orang tua sangat penting karena pada saat ini orang tua harus mengarahkan
anaknya supaya tidak terjerumus kedalam pergaulan yang bebas , orang tua harus
membimbing dan memberi tahu anaknya tentang mana yang baik untuk dilakukan dan
yang tidak baik untuk dilakukan.walaupun sesibuk apapun orang tua, orang tua
harus mengontrol anaknya dan memberikan perhatian dan kasih sayang ke anaknya
dengan cara menanyakan di sms atau di telfon “sedang dimana dan sama siapa”
atau pas pulang sekolah orang tua menanyakan apa saja kegiatan hari ini ,
supaya anak juga bisa leluasa cerita kepada kedua orangtuanya , karena dengan
orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri anakpun merasa canggung
untuk memulai cerita kepada orang tuanya karena ia mengira takut mengganggu
pekerjaan orang tuanya.
Disini anak melakukan perbuatan itu karena dia malu kepada tetangganya
karena dia hamil diluar nikah, takut dihina dan dia akan menjatuhkan nama baik
keluarganya dan orang tuanya pasti akan marah terhadapnya. Dia tidak tahu apa
yang harus dilakukan maka dia memutuskan untuk membuang bayi yang sedang
dikandungnya itu
DAFTAR PUSTAKA :
PENGANTAR
A.
ORIENTASI
KESEHATAN MENTAL
a.
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan
masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa
yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti
itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak
mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi
klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi
kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau
tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
b.
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi
penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks
lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma
lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat
atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat
mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit
mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan
relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu
dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain.
Sehat atau tidak sehat mental berada
dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat
menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang.. Berdasarkan orientasi
penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian
seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang
bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
c.
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai
taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
B.
KONSEP
SEHAT
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 mengatakan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu untuk satu situasi fisik, mental, serta sosial kesejahteraan serta tidak cuma ketiadaan penyakit atau kekurangan Pada tahun. 1986 WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, menyampaikan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu “sumber daya untuk kehidupan keseharian, bukan hanya maksud hidup Kesehatan yaitu rencana positif mengutamakan sumber daya sosial serta pribadi, dan kekuatan fisik.
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola fikir pembangunan kesehatan yang bersifat balistik, proaktif, antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasikepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Untuk itu diterapkan konsep hidup sehat H.L. Blum, yakni serajat kesehatan masyarakat yang dipengaruhi faktor lingkungan, gaya hidup, pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dengan tujuan mencapai derajat sehat yang optimal, sehingga perlu adanya suatu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, yang tealh dirumuskan dalam keputusan menteri kesehatan Nomor 1202/MENKES/SK/VIII/2003.
Kesehatan adalah kondisi dinamik keadaan kesempurnaan jasmani, mental dan sosial dan bukan semata-mata bebas dari rasa sakit cedera, dan kelemahan saja, yang memungkinkan setiap orang mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal secara sosial dan ekonomi (UU RI,1992)
Empat komponen sehat positif atau dikatakan sebagai “Positive Health” yaitu :
1.
Sehat Jasmani
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
2. Sehat
Mental
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam badan yang sehat. Atribut seseorang insan yang mempunyai mental yang sehat yaitu seperti berikut :
·
Senantiasa merasa senang dengan apa yang
ada pada dianya, tak sempat menyesal serta kasihan pada dirinya sendiri,
senantiasa senang, enjoy serta mengasyikkan dan tak ada sinyal tanda konflik
kejiwaan.
·
Bisa bergaul dengan baik serta bisa
terima kritik dan tak gampang tersinggung serta geram, senantiasa pengertian
serta toleransi pada keperluan emosi orang lain.
·
Bisa mengontrol diri serta tak gampang
emosi dan tak gampang takut, cemburu, tidak suka dan hadapi serta bisa
merampungkan persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
3.
Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera, penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan penduduk umum
4. Sehat Spiritual
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan, mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.
C. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Kesehatan
mental merupakan aspek yang sangat penting bagi setiap fase kehidupan manusia.
Kesehatan mental terkadang mengalami siklus baik dan buruk. Setiap orang, dalam
hidupnya mengalami kedua sisitersebut. Kadang mentalnya sehat, terkadang
sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan
pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Kesalahan
mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau
masa depan seseorang, termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan
melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang sangat penting, yang dapat
membantu perkembangan anak yang lebih baik dimasa depan.
Problem
kesehatan mental sebenarnya sudah ada sejak manusia sendiri itu ada. Sejak dulu
manusia tidak hanya mengalami sakit jasmani tetapi juga merasakan
kesedihan,tertekan dan putus asa. Dan tentu saja orang juga berusaha untuk
menyembuhkan sakit non-jasmaniahnya baik dengan cara yang rasional misalnya
dengan minta nasehat pada orang tua, orang yang dituakan atau dianggap bijak
dan dengan cara yang irasional dengan pergi ke dukun atau melakukan penyembahan
pada benda-benda yang dianggap keramat. Perkembangan kebudayaan, tekhnologi dan
ilmu pengetahuan mempengaruhi cara-cara orang untuk mengatasi problem non
jasmaniah yang semakin lama tumbuh menjadi ilmu pengetahuan sendiri.
Seperti
disiplin ilmu-ilmu yang telah ada,”Kesehatan Mental” berawal dari
fenomena atau realita yang terjadi pada diri manusia sejak zaman pra Ilmiah.
Menurut Marx Webeer, manusia memasuki zaman atau era sejarah ketika mentalitas
dari individu-individu itu sendiri telah tertata dengan rapi dan
didukung dari segala aspek lingkungan yang memungkinkan. Oleh karena
itu,manusia dapat menghasilkan kebudayaan untuk pertama kalinya sebagaipenanda
adanya era baru (sejarah).Hal itu berarti tanpa kesehatan mental yang tertata
dengan rapi, maka tidak akan ada kebudayaan yang lahir. Tanpa kebudayaan
tersebut,maka manusiapun tidak akan pernah memasuki era ini. Kesehatan mental adalah
kunci dari mobilitas personal dan sosial manusia. Ada dua perkembangan
kesehatan mental yaitu perkembangan kesehatan mental pra ilmiah dan perkembangan
kesehatan mental era modern.
A.
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL PRA ILMIAH
1.
Masa Animisme
Sejak
zaman dulu, sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam
konsep primitif animisme. Ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai
oleh roh-roh ataudewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin
bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh
yang tinggal dalam benda-benda tersebut.
Orang
Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa
pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan
pesta (sesaji) dengan mantra dari korban3 yang mereka persembahkan.
Praktik-praktik semacam
tersebut berlangsung mulai dari abad7-5 SM. Setelah kemunculan
naturalisme, maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan
tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap
bertahansampaiabadpertengahan.
2.
KemunculanNaturalisme
Perubahan
sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman
Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner
dalam pengobatan,yaitu dengan menggunakan pendekatan”Naturalisme”.Aliran ini
berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam.
Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.Dia
menyatakan:”Jika Anda memotong batok kepala, maka Anda akan menemukan otak yang
basah, dan memicum bau yang amis, tetapi Anda tidak akan melihat roh,dewa atau hantu
yang melukai badanAnda.”
Ide
naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan
pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam
perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan
orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe
Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru
untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala
Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak)
dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai
selama 20 tahun atau lebih karena dipandang sangat berbahaya
dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka
banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai
atau merusak dirinyas endiri.
B.
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL ERA MODERN
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang
rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan
psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu, Benyamin
Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Pensylvania.
Dirumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang-orang gila
atau saki tingatan).
Pada
waktu itu, sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan
kurang mengetahui cara menyembuhkannya. Sebagai
akibatnya, pasien-pasien tersebut didukung dalam sel yang kurang
sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali diguyur dengan air.
Rush
melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan
mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui
penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah,
dan pertemuan-pertemuanlainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan
(selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan
untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan
pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja,
rekreasi,dan mencari kesenangan.
Perkembangan
psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental
hygiene” yang berkembang menjadi suatu”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan
yang terorganisir.
Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli,
terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham
Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan
gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea
Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 Juli 1887. Dia
adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian
perintis (pioneer), selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap
orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya, mula-mula diarahkan
pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para
penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan
Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum
untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya
yang tak kenal lelah, diAmerika Serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapa tpujian sebagai salah seorang wanita
besar di abad ke-19.
Pada
tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa
organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene
Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan di
bidang kesehatanmental initidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers
(1876- 1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan
sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena
pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental
dengan cara yang sangatmanusiawi.
Dedikasi
Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya
sebagai pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah
sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang
manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada
perhatian terhadap masalah gangguan mental,apalagipengobatannya.
Setelah
dua tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya.
Selama tahun terakhirnya sebagai pasien, diamulai mengembangkan gagasan untuk membuat
gerakan untuk melindungi orang-orang yangmengalami
gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan
yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindak lanjuti
gagasannya dengan mempublikasikan tulisan auto biografinya yang berjudul A
Mind That Found It Self. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian James,sebagai
seorang pakar psikologi. Dalam buku ini,dia memberikan koreksi terhadap program
pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para
pasien di rumah sakit yang dipandangnya kurang
manusiawi. Disamping itu, dia merupakan reformator terhadap lembaga yang memberikan
perawatan gangguan mental.
Beers
meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Dia
merancang suatu program yang bersifat nasional,yang tujuannya adalah:
1. Mereformasi
program perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit jiwa;
2. Melakukan
penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap
yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
3. Mendorong
dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental; dan
4. Mengembangkan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program
Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama
kalangan para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, Adolf
Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk
menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang
mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene”adalah Mayer.
Belum
lama setelah buku itu diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama
didirikan, bernama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahun kemudian,
didirikanlah ”National Commite Society For Mental Hygiene”,dan Beers diangkat menjadi
sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
1. Melindungi
kesehatan mental masyarakat;
2. Menyusun
standard perawatan para pengidap gangguan mental;
3. Meningkatkan
studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait
dengannya;
4. Menyebarkan
pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan penobatannya; dan
5. Mengkoordinasikan
lembaga-lembaga perawatanyang ada.
Terkait
dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada
masanya danpasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini
mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah
serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan
cakupan garapannya meliputiberbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan,
kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara
hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The
National Mental Helath Act. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut
meliputi:
1. Meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian,
inevestigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah
dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi
antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan
kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
3. Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental; dan
4. Mengembangkan
dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan
obat terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada
tahun 1950, organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan
berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan
tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental
Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”,dan”Psychiatric Foundation”.
Gerakan
kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 diAmerika Serikat
terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia
lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health”
dan “The World Health Organization”.
TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
Menurut
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) “kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik
yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya”.Sedangkan sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis,
intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social,
dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.jadi kepribadian sehat
adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Dalam
psikologi kepribadian dikenal berbagai macam mazab serta teori-teori tentang
kepribadian. Namun ada tiga teori tentang keribadian sehat yaitu Psikoanalisa,
Behavioristik, dan Humanistik.
A.
ALIRAN
PSIKOANALISA
Psikolanalisa
merupakan salah satu aliran besar dalam dunia psikologi, pencetus awalnya adalah
Sigmund Freud, berikut saya akan coba menjabarkan teori psikoanalisa dari
Sigmund Freud dan kemudian mengaitkannya dengan kepribadian yang sehat.
Menurut
Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus
dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan
dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian,
kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses
di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial).
Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Remaja
menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan .
Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas
dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila
individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap
selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas
di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila
seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit
sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan
heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.
Sepanjang
masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok
yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud
tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan
hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke
bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya
aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang
dilakukan oleh Freud.
Freud
membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness .
Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan
paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es).
Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar
dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan
unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang
memiliki kontak langsung dengan realitas.Freud mengembangkan konsep struktur
mind di atas dengan mengembangkan “mind apparatus”, yaitu yang dikenal dengan
struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id ,
ego, super ego
·
Id
Yaitu
aspek biologis adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya
tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan
kepuasan yang segera. Id merupakan dunia batin atau subjektif manusia, dan
tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif. Id berisikan hal hal
dibawa sejak lahir, termasuk instink. Pedoman dalam berfungsinya id ialah
menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan (prinsip
kenikmatan / prinsip keenakan)
·
Ego
Yaitu
aspek psikologis. Berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego berkembang
dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (
realitat ). Prinsip kenyataan / prinsip realitas ( realitatsprinzip, the
realityprinciple ) dan bereaksi dengan proses sekunder ( sekundar vorgang ,
secomdary process ).
·
Superego
Yaitu
aspek sosiologis. Merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu
atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego
dengan menimbulkan rasa salah. Das ueber ich fungsi pokok : menentukan apakah
sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan demikian
pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.Conscientia : menghukum
orang dengan memberikan rasa dosa. Supwer ego adalah menghadiahi orang dengan
rasa bangga akan dirinya.
Kepribadian
yang normal (sehat) yaitu :
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak
menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan
kecemasan.
3) Kesehatan
mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego
terhadap id dan ego.
B. ALIRAN HUMANISTIK
Abraham
Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik ini. Gerakan ini
merasa tidak puas terhadap Psikologi behavioristik dan Psikoanalisis.
Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang Nampak, juga mempelajari erilaku yang tidak Nampak. Mempelajari ketidak sadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang telah disingkirikan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
1. Memusatkan
perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai
fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Memberi
tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan
reduksionistis.
3. Menyadarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.
Memberikan perhatian penuh dan
meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik
pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow
sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal
dengan client-centered therapy.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik
menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak
memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis,
dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui
kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran
ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh
harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas,
memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut
kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan
manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat
biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Selanjutnya
konsep yang menjadikan teori aliran psikologi humanistik tiada duanya adalah
konsep dari tokoh aliran ini yaitu Abraham Maslow yang menyatakan “studi
tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi
sebuah ilmu psokologis yang lebih semesta( Frank Goble,1993,34 )
Krtik-kritik
dari psikologis humanistik menunjukan perbedaaan dan asumsi yang berbeda dengan
aliran –aliran lain:
1. Psikologi
humanistik tidak mengagungkan metode statistik dan serba rata-rata tetapi
melihat pada yang mungkin dan harus ada.
2. Psikologi
humanistik tidak berlebihan melakukan penelitian eksperimen pada binatang
tetapi pada kodrat manusia beserta sifat-sifat manusia yang positif.
Aliran
humanistik ini lebih memandang manusia sebagaipribadi yang unik atau kreatif
dan dapat mengembangkan dirinya ke yang lebih baik lagi sesuai dengan kemampuannya.
dan cenderung punya pandangan yang segar tentang manusia
C. PENDAPAT FROMM
a.
Pengertian
dasar dari teori fromm
Fromm
adalah seorang teoretikus kepribadian yang handal, beliau sangat dipengaruhi
oleh tulisan-tulisan Karl Marx. Tulisan-tulisan fromm dipengaruhi oleh
pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusasteraan dan
filsafat. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa
kesendirian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain.
Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang hal itu adalah
situasi khas manusia. Anak, misalnya, bebas dari ikatan-ikatan primer dengan
orang tuanya, tetapi dengan akibat bahwa ia merasa terisolasi dan tak berdaya.
Dalam
teorinya tentang irasionalitas manusia, fromm mengembangkan dan memperhalus
teorinya sendiri tentang kepribadian dalam suatu seri buku-buku yang sangat
populer pada saat itu. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai suatu yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa
kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi
perkembangan spesies manusia.
Fromm
menulis “kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan
keperluan-keperluan masyarakat di mana kita hidup ”. karena kekuatan sosial dan
kultural begitu penting, from percaya bahwa perlu menganalisis struktur
masyarakat (masa lampau dan sekarang) dikarenakan memahami struktur
anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi, kodrat masyarakat adalah
kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya
kebudayaan, maka sama halnya dengan individu. Apakah suatu kepribadian itu
sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.
Fromm
melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia
percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya
masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu,
bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Kerena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha
individu jika dibandingkan dengan usaha masyarakat. Faktor kuncinya ialah
bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Suatu
masyarakat tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan,
ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan menghalangi pertumbuhan yang
terjadi dalam setiap individu. Suatu masyarakat membiarkan anggota-anggotanya
mengembangkan cinta satu sama lainnya, menjadi produktif dan kreatif,
mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektifitasnya dan mempermudah
timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.
Fromm
percaya bahwa kita semua memiliki suatu perjuangan yang melekat pada diri kita
untuk kesehatan dan kesejahteraan emosional, suatu kecenderungan bawaan untuk
kehidupan yang produktif, untuk keharmonisan dalam cinta. Dengan adanya
kesempatan, kecenderungan yang diwariskan ini akan berkembang, yang memberikan
individu berkembang untuk menggunakan sepenuhnya potensi yang ada.
Menurut
fromm, kita adalah makhluk yang unik dan penyendiri. Sebagai akibat dari
evolusi hewan yang sederhana, kita tidak bersatu dengan alam; kita telah
mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang, tingkah laku kita tidak
terkait pada mekanisme-mekanisme instinktif. Akan tetapi perbedaaan yang sangat
penting antara manusia dengan binatang adalah terletak pada kemampuan kita akan
kesadaran diri, pikiran, dan khayal.
b.
Dorongan
Kepribadian yang sehat
Sebagai
organisme yang hidup dan terus tumbuh, kita didorong untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan rasa lapar, haus, dan seks yang
mebdorong semua organisme. Selain kita fleksibel dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan
ini, kebutuhan-kebutuhan tersebut juga tidak berbeda antara diri kita dan
binatang-binatang yang lebih rendah dan tidak begitu penting dalam mempengaruhi
kepribadian manusia.
Apa
yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan
psikologis yang tidak memiliki oleh hewan-hewan yang lebih rendah atau
sederhana. Semua manusia itu sehat dan ada juga yang tidak sehat hal ini di
dorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut; perbedaanya terletak antara cara
bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini terpuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang yang sakit
memuaskan kebutuhan-kebutuhan dengan cara irasional.
Fromm
mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan.
1. Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan
utama dengan alam dan dengan satu sama lainnya. Kita mengetahui bahwa
kita masing-masing terpisah sendirian dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita
harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang-orang lain; kita harus menemukan
suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan yang
hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasaan kebutuhan untuk berhubungan
atau bersatu dengan orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis.
Tingkah laku yang irasional, bahkan penyakit jiwa, merupakan akibat yang tidak
dapat dielakan karena kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini.
Dalam
sistem fromm, orang-orang yang tidak dapat mengamati dunia secara objektif,
yang dapat mengamatinya hanya menurut proses-proses batin, telah mengundurkan
diri kedalam diri mereka dan kehilangan seluruh kontak dengan kenyataan. Inilah
definisi tradisional tentang penyakit jiwa
2. Trasendensi
Trasendensi berhubungan erat dengan
kebutuhan akan hubungan seperti kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi
peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan
kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong
untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari
kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan
(anak-anak, ide-ide, kesenian atau barang material) manusia mengatasi kodrat
eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan
akan maksud dan kebebasan.
3. Berakar
Hakikat dari kondisi manusia seperti
kesepian dan tidak berartihal ini timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama
dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak akan berdaya, jelas merupakan
kondisi yang amat berat.
Cara
yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan denag sesama umat
manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam
masyarakat. Perasaan solidaritas denagn orang-orang lain ini memuaskan
kebutuhan akan berakar, untuk yang mengkoneksikan dan berhubungan dengan dunia
luar.
Fromm
mengemukakan suatu cinta yang berfokus pada negaranya sendiri mengeluarkan
cinta untuk negara orang lain dan ini merupakan suatu bentuk pemujaan berhala,
bukan atas nama cinta.
4. Perasaan
Identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan
identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas menempatkannya terpisah
dari orang-orang lain dalam hal perasaanya tentang dia, siapa dan apa.
Cara
yang sehat untuk memenuhi kebutuhan ini ialah individualitas, proses seseorang
menciptakan suatu perasaan tertentu tentang identitas diri.
Orang-orang
yang mengalami individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka
seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak
dibentuk oleh orang-orang lain.
5. Kerangka
Orientasi
Bertalian dengan pencarian suatu
perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of reference atau
konteks dengan mana seseorang menginterprestasikan semua gejala dunia. Setiap
individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang
memberikan kesempatanuntuk memahami semua peristiwa dan pengalaman.
Dasar
yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan
seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realitas dan objektif tentang
dunia. Terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia secara
objektif, untuk menggambarkan dunia denagn tepat dan tidak mengubahnya dengan
lensa-lensa subjetif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan didalam
diri.
c.
Kodrat
Kepribadian yang sehat menurut Fromm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang
demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran
yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki
suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia,
subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif , yakni
suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang
yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan
yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri .
Empat
segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah
cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati.
1. Cinta yang produktif adalah
suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat
mempertahankan individualitas mereka. Tercapainya cinta yang produktif
merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita
tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang
produktif menyangkut empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab,
respek, dan pengetahuan.
2. Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong
oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif
dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
3. Kebahagian adalah
suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi
produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm
menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana
berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi
kehidupan yang paling luhur.
4. Suara hati memiliki
dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
Suara hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di
internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati
humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari
luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan
individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi
sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang
menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa
dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur
sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila
masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai
orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan
sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
Selain orientasi produktif yakni orientasi-orientasi
tidak produktif yaitu :
1. Orientasi reseptif
merupakan penerimaan-penerimaan yang pasif dalam hubungannya dengan orang-orang
lain. Mereka tidak mampu menghasilkan,menciptakan atau memberi cinta. Mereka sama
sekali tergantung pada sumber-sumber dari luar seperti partner, teman-teman,
atau masyarakat untuk segala sesuatu yang mereka butuhkan. Karena mereka begitu
tergantung dan tidak dapat berbuat sesuatu untuk diri mereka sendiri maka
mereka dapat dilumpuhkan oleh kecemasan dan ketakutan kalau dibiarkan
sendirian.
2. Orientasi eksploitatif
juga merupakan ciri orang-orang yang diatur oleh sumber-sumber dari luar. Akan tetapi
bukannya menunggu menerima dari orang-orang lain, mereka terdorong untuk
mengambil dari mereka dengan kekerasan atau tipu muslihat atau dengan cara apa
saja yang bermanfaat. Orang-orang ini tidak mampu menghasilkan atau menciptakan
sendiri dan dengan demikian mereka mendapat cinta, milik, bahkan pikiran dan
emosi hanya dengan mengambilnya dari orang-orang lain. Orientasi ini merupakan
sifat dari masyarakat totaliter atau masyarakat fasis, suatu lingkungan dimana
pemimpin-pemimpin yang kuat dan bersifat menguasai memerintah dengan kekerasan.
3. Orientasi penimbunan
tidak mengharapkan sesuatu dari sumber-sumber luar, dan juga tidak menerima
atau mengambil. Orang-orang ini mencapai keamanan dengan menabung atau menimbun
milik-milik material, pikiran-pikiran atau emosi, kepribadian-kepribadian yang
menimbun tampaknya membangun tembok-tembok disekeliling diri mereka, sehingga
mereka tidak membiarkan milik-miliknya keluar.
4. Orientasi pemasaran
merupakan ciri pembawaan utama dalam masyarakat-masyarakat kapitalis seperti
amerika serikat. Kepribadian atau diri dinilai hanya sebagai suat barang
dagangan yang dijual atau ditukar untuk keberhasilan.
PENYESUAIAN DIRI
A. KONSEP
PENYESUAIAN DIRI
Pengertian penyesuaian diri adalah
proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut
Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk
mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur,
2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu
dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu.
Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan
mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat
individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
Menurut Schneiders (1964), pengertian
penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Penyesuaian
sebagai adaptasi yaitu Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung
diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian
dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan
lingkungan yang terabaikan.
2. Penyesuaian
diri sebagai bentuk konformitas adalah Penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini
menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu
mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial
maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan
konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu
tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
3. Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan yaitu Penyesuaian diri dipandang sebagai
kemampuan untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara
tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan
kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan
terarah.
Berdasarkan tiga sudut pandang tentang
penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri
dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu respon-respon mental
dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk
menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu
dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali
& Asrori, 2004).
DAFTAR
PUSTAKA :
Schultz,
Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan.
Yogyakarta : Kansius.
Semiun,Yustinus.
(2006). Kesehatan Mental 1.
Yogyakarta : Kansius
;;
Subscribe to:
Komentar (Atom)



