Sabtu, 28 Maret 2015

PSIKOTERAPI

1.        Buatkan ulasan anda mengenai :
     A.    Pendekatan Psikoanalisa di dalam Psikoterapi
Psikoanalisa adalah aliran psikologi yang memberi penekanan khusus pada peran ketidaksadaran. Dua tokohnya yang utama adalah Sigmund Freud yang dikenal sebagai pendiri psikoanalisa dan Carl Gustav Jung yang dikenal dengan teori analitisnya. Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalisa mencakup : 1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia; 2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar; 3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa; 4) Teori psikoanalisa menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan; 5) Pendekatan psikoanalisa telah meberikan cara-cara mencari keterangan dan ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi.
Tujuan terapi psikoanalisa adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepripadian. Terapi psikoanalisa menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Karakteristik psikoanalisa adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal serta dalam menangani kecemasan secara realistis. Analis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien. Analis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien. Sementara yang dilakukan oleh klien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak disadari.
Psikoanalisa memperkenalkan kita dengan dunia ketidaksadaran (the unconscious) yang ada dibalik kesadaran (the conscious). Dalam hipnosis, istilah ketidaksadaran memang jarang digunakan. Banyak literatur lebih cenderung menggunakan bawah-sadar (the subconscious). Antara tahun 1885 dan 1905, freud mencoba menggunakan hipnosis sebagai sarana terapeutik untuk regresi dan katarsis. Tidak puas dengan teknik ini, ia lalu mengembangkan teknik lain yang hingga saat ini dikenal dengan nama asosiasi bebas. Freud menyarankan perlunya mengkombinasikan teknik-teknik psikoanalisa dengan hipnosis untuk membuat terapi menjadi lebih singkat dan efektif. Ide ini kemudian direalisasikan oleh beberapa psikoterapis dan menghasilkan teknik terapeutik yang dikenal dengan nama hipnoanalisis. Freud menambahkan bahwa diantara kesadaran dan ketidaksadaran ada wilayah yang disebut prasadar (the preconscious/ the foreconscious) yang berisi ingatan-ingatan yang sewaktu-waktu masih bisa diangkat ke kesadaran, seperti nomer telepon atau alamat rumah.
Ketidaksadaran berisi insting dan pengalaman traumatis yang direpresi. Aktivitas isi-isi ketidaksadaran potensial menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri potensial menimbulkan gangguan mental yang disebut neurosis. Agar terhindar dari gangguan ini, setiap orang mengembangkan mekanisme pertahanan (defense-mechanism). Ada begitu banyak mekanisme pertahanan yang dikemukakan Freud. Cukup diingat bahwa semuanya dilakukan untuk mengatasi kecemasan.
Mengenai proses terapeutik, freud mengajukan konsep transferensi dalam melihat hubungan antara terapis dan klien. Dalam sesi terapi, pasti ada muatan-muatan emosional yang terjalin antara terapis dan klien. Hubungan ini memang diperlukan untuk menjalin rasa kepercayaan. Dengan kepercayaan itu, klien akan lebih leluasa mengekspresikan diri.
Baik Freud maupun Jung sepakat bahwa pribadi yang sehat adalah pribadi yang bisa membuat akur kesadaran dan ketidaksadarannya. Caranya dengan mengangkat isi-isi ketidaksadaran ke kesadaran.

      B.     Pendekatan Psikologi Belajar di dalam Psikoterapi
Para pengikut aliran ini menganggap perilaku manusia sebagai hasil belajar. Banyak teori pembelajaran yang berkembang dalam psikologi berasal dari para pemikir dalam aliran behaviorisme. Behavorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusian. Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar. terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Berdasarkan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh: 1) pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik, 2) kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, 3) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah, dan 4) penafsiran objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi tingkah laku tidak berlandaskan sekumpulan konsep yang sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik. Sekalipun memiliki banyak teknik, terapi tingkah laku hanya memiliki sedikit konsep. Terapi ini merupakan suatu pendekatan induktif yang berlandaskan eksperimen-eksperimen dan menerapkan metode eksperimental pada proses terapeutik.
Tujuan-tujuan konseling dan psikoterapi menduduki suatu tempat yang sangat penting dalam terapi tingkah laku. Klien menyeleksi tujuan-tujuan terapi yang secara spesifik ditentukan pada permulaan proses terapeutik. Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respon-respon yang layak. Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberan treatment, yakni terapis menerapkan oengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.
Diantara banyak pemikiran dalam behaviorisme, pengondisian klasik dari Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) dan pengondisian operan dari Burrhus Frederick Skinner (1904-1990). Pemikiran kedua tokoh ini akan membantu dalam memahami proses induksi (proses mengantar klien sampai pada tidur hipnotik) dan sugesti posthipnotik (sugesti yang diberikan selama trans).
      -          Pengondisian Klasik
Pengondisian klasik kadang-kadang juga disebut pengondisian responden atau belajar asosiasional. Pengondisian disini bisa diartikan sebagai pembiasaan. Prinsip-prinsip pengondisian klasik sering kali didasarkan pada penelitian Pavlov tentang refleks di akhir tahun 1800-an. Pavlov membagi refleks menjadi dua, yaitu refleks bawaan dan refleks terkondisikan. Refleks bawaan adalah respon yang diberikan tanpa melalui proses belajar seperti terkejut ketika terkena serangan listrik, sementara refleks terkondisikan adalah respons yang mucul sebagai hasil belajar.
     -          Pengondisian Operan
Di tahun 1930-an, seorang pemikir lain dalam behaviorisme yang bernama Burrhus Frederick Skinner mengemukakan pemikirannya tentang pengondisian operan yaitu proses belajar bisa tercapai lewat penguatan (reinforcement). Istilah penguatan seringkali diganti dengan “hadiah (reward)”. Penguatan atau hadiah adalah situasi atau stimulus yang menguatkan respons seseorang. Dalam konteks hipnoterapi, penguatan yang baik akan menimbulkan respons positif yang nantinya akan bermanfaat untuk mengubah perilaku.

     C.     Pendekatan Psikologi Humanistik di dalam Psikoterapi
Psikologi humanistis berorientasi pada keunikan manusia dan pemahaman yang positif dan optimistis tentang kepribadian manusia. Seorang terapis dituntut untuk selalu berkonsentrasi pada sisi sehat manusia, bukan pada sisi sakitnya. Dua tokohnya yg utama adalah Abraham Harold Maslow dan Carl Ransom Rogers.umumnya banyak orang mengenal Abraham Maslow lewat teori hierarki kebutuhannya. Hierarki kebutuhan berarti bahwa terpenuhinya kebutuhan yang lebih rendah akan mendorong ke pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi. Pandangan Maslow lebih banyak bernuansa teoritis. Aspek praktis dari pemikiran humanistis ditemui dalam terapi yang berpusat pada pribadi(person-centered therapy) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Menurut Rogers, diri yang ada dalam setiap manusia dapat dilihat sebagai segitiga. Segi pertama adalah diri yang sesungguhnya (real self) yaitu aku seperti apa adanya. Segi kedua adalah diri yang dipersepsikan (perceived self) yaitu aku seperti yang diinterpretasikan atau dipersepsikan. Segi ketiga adalah diri ideal (ideal self) yaitu diri yang aku cita-citakan.
Menurut Rogers, setiap orang punya dorongan untuk memandang dirinya secara positif (positive self-regard), Rogers menekankan betul pentingnya unconditional positive regard (penerimaan positif tanpa syarat) dalam proses terapeutik. Klien harus diterima apa adanya, tanpa syarat (condition) dan tanpa penilaian.
Dalam hipnoterapi, ada kecenderungan bagi terapis untuk menerima klien-kliennya sebelum mendengarkan mereka. Klien yang datang menemui terapis tidak meminta untuk dinilai, mereka hanya butuh iklim yang nyaman untuk bercerita tentang pengalaman mereka. Terapis semestinya membantu menciptakan iklim itu lewat penerimaan klien tanpa prasangka dan prapenilaian. Psikologi humanistis mengajak kita untuk berfokus pada sisi sehat kepribadiaan manusia dengan mengembangkan unconditional positive regard dan empati.baik terapis maupun klien perlu melihat tubuh dengan kacamata sehat. Penyakit yang dialami tubuh menunjukkan ketidakseimbangan. Berpikir secara humanistis berarti berpikir tentang cara mengalirkan energi ke arah yang baik.

      D.    Pendekatan Psikologi Kognitif di dalam Psikoterapi
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang, sebagian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut membentuk dunianya. Orientasi utama psikologi kognitif adalah bagaimana seseorang berpikir dan merasa disaat ini. Perilaku adalah efek dari pikiran dan perasaan, untuk itu bisa dimengerti mengapa terapi-terapi kognitif menekankan perlunya mengubah perilaku yang tidak sehat dengan mengubah cara klien dalam berpikir dan merasa. Salah satu tokoh penting yang banyak meneliti proses kognitif adalah Aaron Beck. Menurut Beck, banyak gangguan psikologis disebabkan oleh pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif. Pikiran dan perasaan negatf berkembang menjadi kepercayaan negatif sehingga perlu ditata ulang (direstrukturisasi) dan ditransformasikan menjadi kepercayaan yang positif. Lingkungan sangat potensial menyebabkan seseorang mengembangkan kepercayaan negatif dalam melihat berbagai kejadian. Terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki fungsi kognisi yang terhambat yang mendasari aspek kognitifnya yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar berpikir lebih realistik dan sesuai sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau mengurangi gejala yang berkelainan yang ada.

     2.      Uraikanlah kasus apa saja yang bisa ditangani dengan pendekatan :
     A.    Psikodinamik
Seorang remaja yang mempunyai rasa benci kepada ayahnya karena pengalaman-pengalaman dimasa kecilnya bersama ayahnya yang sangat keras, suka mengkritik dan tidak pernah puas sama hasil belajaar yang diperoleh remaja tersebut.

     B.     Behavioristik
Seorang anak yang sangat sulit disuruh makan. Si anak ini kalau disuruh makan selalu saja menolak dengan berbagai macam alasan seperti sudah kenyang, tidak nafsu makan atau makanannya tidak enak terkadang ia sampai marah-marah sambil membanting piring saat disuruh makan.

     C.     Humanistik
Seorang mahasiswi mengira bahwa dia mulai sangat sayang pada adiknya bertentangan dengan pikiran itu, karena ternyata dia berkali-kali mengucapkan kata-kata yang penuh rasa iri kepada adiknya yang sudah mempunyai pacar. Padahal, ini menunjuk pada suatu pertentangan antara siapa saya ini yang sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana. Mahasiswi mulai menyadari kesenjangan dan mengakui pertentangan itu, dia menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih samar-samar akan kesenjangan itu mengganjal dalam perasaan kurang tenang dan cemas serta dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak pantas.

      D.    Kognitif
Seorang siswa suatu SMA dikota besar, kelas 3 SMA. Program studi IPS, ia tinggal bersama orang tuanya yang mendukung cita-citanya menjadi seorang guru akuntansi. Siswa tersebut berharap dapat diterima di Universitas Negeri dikotanya sendiri. Dia juga berhasil dalam mengikat hati seorang siswi di SMAnya. Mereka sudah biasa jalan bersama, meskipun siswi tersebut sembunyi-sembunyi selama mereka berdua jalan bersama. Setelah 1 tahun mereka saling dekat dan jalan berdua siswi tersebut mengatakan bahwa orang tuanya telah mengetahui hubungan mereka dan memarahi siswi tersebut bahkan orang tuanya mengancam ini itu. Siswa itu merasa terpaksa mmutuskan hubungan karena dia tidak berani melawan orang tua. siswa tersebut merasa depresi dan berfikir “apa gunanya meneruskan hidup didunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh perempuan lain ataupun mencintai perempuan lain. Hanya perempuan satu ini yang menjadi idaman saya! Sumber semangat belajar dan pendukung cita-citaku sudah lenyap!” Ia sudah mempunyai pemikiran-pemikiran yang irasional yaitu ingin mengakhiri hidupnya karena sudah merasa tidak berguna untuk meneruskan hidup tanpa pacarnya. Selain itu siswa tersebut telah mencoba menarik diri dari kehidupannya yang nyata dan berada dalam fantasinya. Siswa tersebut sudah bolos sekolah satu minggu. Keyakinan ini timbul akibat depresi yang dialaminya.

3.      Berikan pandangan anda mengapa kasus-kasus tersebut anda anggap bisa ditangani oleh pendekatan :
     A.    Psikodinamik
Pada contoh kasus diatas bisa ditangani oleh pendekatan psikodinamik yaitu analisis dan penafsiran transferensi. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikodinamik sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi, dan pendekatan ini membuat klien merasa nyaman dan puas untuk mengikuti pengarahan yang dipaparkan terapis.

     B.     Behavioristik
Pada contoh kasus diatas bisa ditangani oleh pendekatan behavioristik yaitu token economy dimana setiap kali anak mau makan akan diberikan poin, jika poin-poin tersebut dapat terkumpul banyak maka bisa ditukarkan dengan barang yang disukai anak tersebut seperti sepeda.

     C.     Humanistik
Pada contoh kasus diatas bisa ditangani oleh pendekatan humanistik yaitu Client Centered Therapy dimana menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman.

      D.    Kognitif
Pada contoh kasus diatas bisa ditangani oleh pendekatan kognitif yaitu Rational Emotive Therapy (RET) untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya dan mencapai realisasi diri yang optimal. Dalam penerapannya RET dapat menghilangkan gangguan seperti benci, rasa takut, rasa bersalah, cemas, marah, sebagai akibat berfikir yang irrasional dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan diri klien tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung:PT Refika Aditama
Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi.Jakarta:Gunung Mulia

Kahija, YF La. 2007. Hipnoterapi : Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta:PT Gramedia Pusaka Utama

;;

Template by:
Free Blog Templates

Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates